Temanggung, 9 Agustus 2024 – Untuk mengatasi tantangan dalam proses fermentasi tempe kacang merah di daerah yang relatif dingin, warga di Lingkungan Temanggung mengadakan kegiatan perkenalan alat pemanas tempe kacang merah sederhana menggunakan lampu pijar dan dimmer. Program ini dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Agustus 2024, di rumah Bu Nur.
Acara dimulai pukul 14.00 WIB dengan sambutan dari kordes Mahasiswa KKN . Di daerah Temanggung yang memiliki suhu cukup dingin, terutama pada malam hari, proses fermentasi tempe kacang merah sering terhambat karena suhu lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan jamur Rhizopus, yang berperan dalam pembentukan tempe kacang merah. Oleh karena itu, alat pemanas berbasis lampu pijar ini dihadirkan sebagai solusi untuk menjaga suhu ideal selama proses pembuatan tempe kacang merah.
Teknologi Sederhana namun Efektif
Alat ini memanfaatkan lampu pijar yang dipasang dalam kotak atau ruangan fermentasi. Dengan tambahan dimmer, suhu lampu dapat diatur sesuai kebutuhan untuk memastikan suhu di dalam ruangan tetap stabil antara 30 hingga 35 derajat Celsius, yang merupakan suhu optimal untuk fermentasi tempe kacang merah.
Dalam demonstrasi yang dilakukan, Firman Maulana, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro menunjukkan cara kerja alat ini. Ia menyalakan lampu pijar di dalam kotak yang sudah dipenuhi dengan bungkus tempe kacang merah. Melalui penggunaan dimmer, intensitas cahaya dan panas dari lampu dapat disesuaikan dengan mudah untuk menjaga suhu tetap konstan.
"Sebelumnya, saya sering kesulitan saat membuat tempe kacang merah, apalagi di musim hujan atau ketika cuaca sangat dingin. Tapi sejak menggunakan alat ini, hasil tempe kacang merah jadi lebih bagus dan fermentasinya lebih merata," ujar Bu Nur.
Selain menjaga suhu tetap stabil, penggunaan lampu pijar ini juga dinilai lebih hemat energi dibandingkan alat pemanas lain. Alat ini dapat dirakit dengan biaya yang terjangkau, sehingga bisa digunakan oleh perajin tempe kacang merah skala kecil. Penggunaan dimmer juga membantu dalam menghemat listrik, karena daya lampu dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.
Para peserta yang hadir, mayoritas ibu-ibu yang juga berprofesi sebagai perajin tempe kacang merah, tampak antusias mencoba dan memahami cara kerja alat ini. Mereka diajarkan cara merakit alat tersebut serta tips untuk menjaga kualitas tempe kacang merah saat kondisi cuaca ekstrem.
Acara ditutup dengan diskusi dan tanya jawab, di mana para perajin tempe kacang merah lainnya membagikan pengalaman serta rencana mereka untuk menerapkan alat pemanas ini dalam produksi sehari-hari. Inovasi sederhana seperti ini diharapkan dapat terus dikembangkan untuk mendukung usaha kecil di daerah pedesaan, terutama di lingkungan dengan tantangan cuaca seperti di Temanggung.